MUNA,SWARAINDONESIA.ID – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Selam Universitas Halu Oleo (UHO) mengelar aksi transplantasi terumbu karang di perairan Napabale, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Dalam kegiatan ini, sebanyak 45 media transplantasi jenis WEB Spider dipasang di tiga titik perairan Napabale, sebagai bagian dari program riset dan pemulihan ekosistem pesisir yang kini kian terancam punah.
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi bersama Dinas Perikanan Kabupaten Muna, Naturevolution Indonesia, Mitra Usaha Bahari, serta JSO Group sebagai komunitas pemuda lokal yang aktif mengelola kawasan wisata Napabale.
Selain kegiatan transplantasi, UKM Selam UHO juga menggelar sesi sosialisasi dan edukasi lingkungan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga ekosistem laut dan pesisir.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Muna, Akira, S.Pi yang hadir dalam kegiatan tersebut menegaskan pentingnya keberadaan terumbu karang sebagai rumah alami bagi berbagai spesies ikan.
“Ketika terumbu karang rusak atau mati, maka ikan-ikan akan meninggalkan wilayah tersebut karena kehilangan tempat berlindung dan berkembang biak,” kata Akira dalam keterangannya yang diterima media ini , Minggu (08/06/2025).
Hal senada disampaikan oleh perwakilan Polres Kabupaten Muna. Ia mengisahkan kondisi terumbu karang di akhir 1980-an hingga awal 1990-an yang masih sangat alami.
“Karang saat itu seperti gunung-gunung kecil di bawah laut. Indah sekali. Kami bisa memancing tak jauh dari bibir pantai,” katanya.
Namun, ia menyayangkan kondisi tersebut telah berubah drastis dalam dua dekade terakhir akibat tekanan lingkungan dan aktivitas manusia.
Sementra itu, Ketua UKM selam UHO, La Ode Abdillah Faiz, menjelaskan kegiatan transplantasi ini bukan hanya tindakan fisik semata, melainkan bagian dari upaya membangun kesadaran kolektif masyarakat terhadap pentingnya menjaga ekosistem pesisir.
“Kegiatan transplantasi ini harapannya menjadi salah satu bentuk kegiatan untuk menghadirkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem pesisir di Kabupaten Muna,” ungkapnya.
Pihaknya berkomitmen kegiatan ini, nantinya akan terus dilakukan hingga transplantasi selesai dilakukan di lapangan.
“Kegiatan ini juga tidak akan berhenti sampai di saat kegiatan lapangan selesai, tapi berlanjut hingga tahap monitoring setiap tiga bulan sekali sebagai upaya memastikan keberlanjutan dan pertumbuhan bibit pada media transplantasi,” bebernya.
Lebih lanjut ia mengungkapan, keberlanjutan ini sangat penting untuk memastikan upaya konservasi tidak hanya berdampak sesaat, tetapi mampu menciptakan ekosistem laut yang sehat bagi generasi mendatang.
Redaksi.