KENDARI,SWARAINDONESIA.ID- Seruan aksi pencopotan Kapolres Konawe Selatan (Konsel), AKBP Febry Sam yang diinisiasi oleh organisasi Gerakan Pemuda dan Mahasiswa Sultra-Jakarta dinilai terkesan tendensius.
Diketahui Pamflet yang sedang ramai beredar di Grup WhatsApp organisasi Gerakan Pemuda dan Mahasiswa Sultra-Jakarta menggelar aksi protes di depan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri)
Mereka menyerukan pencopotan Kapolres Konsel, atas dituduh diduga melakukan penahanan kepada Ibu Supriyani. Dalam flayer yang beredar ini, bahwa Kapolres Konsel diduga melakukan konspirasi atas penahanan Ibu Supriyani sehingga mereka meminta Kapolri untuk mencopot Kapolres Konsel.
Ketua Lembaga Jaringan Aktivis Anoa Nusantara (LJKAN) Didin Alkindi mengatakan narasi yang coba di bangun oleh sekelompok mahasiswa Sultra yang sedang menempuh pendidikan di jakarta ini terkesan tendensius, tanpa ada Bukti yang kuat dan Analisis yang komprehensif.
“Kita semua prihatin kepada kasus Ibu Supriyani dan berharap bahwa keadilan tetap harus di tegakan pada yang benar, tetapi dalam menyikapi isu hangat seperti ini, kita harus pandai membaca kebenaran dalam kasus agar tidak menjadi bola liar yang membakar juga menyesatkan,” kata Alkindi Kamis (07/11/2024).
Berdasarkan fakta dalam kasus Ibu Supriyani lanjut Alkindi, Kepolisian Resor Konawe Selatan tidak perna melakukan penahan sehari pun, sehingga ini lah yang harusnya memahami sebuah masalah dengan menyertakan bukti kuat dan analisis yang komprehensif.
“Justru ketika kami berdialog lansung dengan Kapolres Konawe Selatan, bersama Ketua PGRI Sultra, Kepala Dinas Pendidikan Konsel juga kelembagaan Mahasiswa juga ikut hadir, Bapak Febry Sam Selaku Kapolres Konsel justru mendorong upaya yang baik dan melibatkan semua pihak untuk melihat kasus ini dalam kacamata objektif dan juga mengupayakan pengembalian hak-hak kepada semua pihak yang sedang berselisih,” ungkapnya.
Untuk itu, pengamat politik muda yang dikenal vokal dalam isu-isu keadilan ini, memandang gerakan yang akan dilakukan oleh mahasiswa Sultra-Jakarta ini benar-benar memahami persoalan dilapangan.
“Kita harus membiasakan membaca dan memahami situasi sebelum bergerak. Saat data minim dan analisis kurang mendalam, perjuangan akan kehilangan bobot dan legitimasi,” jelas Alkindi.
Lebih lanjut Ia menjelaskan, bahwa pentingnya mahasiswa untuk memastikan bahwa tuntutan didasarkan pada kajian yang kuat dan fakta yang terverifikasi. Ia mengingatkan bahwa gerakan mahasiswa harus tetap kritis namun juga cerdas, agar aspirasi yang disampaikan dapat diterima dan didengar oleh publik serta pihak berwenang.
Redaksi